Minggu, 02 Agustus 2015

TERAPI OBAT PADA PENDERITA ASTHMA


Menurut data survey ada sekitar 7% dari populasi penduduk dunia yang didiagnosis menderita asthma oleh dokter. Penyakit ini mempengaruhi semua kelompok ras dan etnis diseluruh dunia, pada bayi, anak-anak maupun dewasa, laki-laki maupun perempuan. prevalensi pada anak laki-laki sedikit lebih besar dibanding anak perempuan, dan sebaliknya pada masa pubertas, prevalensi remaja perempuan sedikit lebih besar dibanding pada remaja laki-laki. Peningkatan dramatis prevalensi penyakit asthma atopi terjadi pada beberapa dekade terakhir dikalangan negara-negara barat, dan dalam kurun beberapa tahun terakhir dikalangan negara-negara berkembang. 

***************************
Pada kurun waktu tahun 1970an dan 1980an eksaserbasi asma parah (ditandai dengan tingginya angka kunjungan ke unit gawat darurat dan rawat inap untuk asma) serta mortalitas terkait asma meningkat tajam di Amerika Serikat. Kini, meskipun prevalensi asma masih tinggi, namun kondisinya sudah lebih baik, ditandai dengan penurunan angka kunjungan pasien baik ke unit gawat darurat maupun rawat inap. Penggunaan kortikosteroid inhalasi dalam kurun waktu 10-15 tahun terakhir dinilai efektif dalam penanganan kondisi asma.

Obstruksi saluran pernafasan dan akibat yang ditimbulkan oleh gejala batuk seperti nafas pendek, dada terasa sesak, dan mengi terjadi karena kombinasi antara konstriksi pada otot polos dan peradangan pada bronkus. Kondisi ini dapat berkembang semakin parah, yang mengakibatkan penyempitan dan atau penutupan saluran udara, meskipun tidak ada penyumbatan oleh lendir, kondisi ini dapat mengancam jiwa. kontraktilitas otot polos yang abnormal dan massa otot polos yang berlebih juga turut berkontribusi. Peradangan saluran nafas pada asma terdiri dari mukosa, submukosa, edema adventisia, dan infiltrasi seluler.

Dulu, obat asma digolongkan berdasarkan efek yang dominan dari obat tersebut, yakni sebagai relaksan otot polos (bronkodilator) atau penekan peradangan pada saluran nafas (antiinflamasi). Obat asma terbaru seperti pemodifikasi leukotrien atau kombinasi beberap obat. Kombinasi obat untuk penderita asma dapat berupa kombinasi inhalasi kortikosteroid dan agonis β-adrenergik kerja panjang. Kini, obat asma diklasifikasikan menurut peran obat-obat tersebut dalam pengelolaan asma secara keseluruhan, apakah sebagai bantuan cepat atau kontrol jangka panjang.

Setiap pasien asma harus selalu menyediakan bronkodilator sebagai upaya bantuan cepat yang dapat digunakan sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Pendapat para ahli menyatakan bahwa, jika bronkodilator kerja cepat yang digunakan untuk mengatasi gejala asma digunakan lebih dari 2 hari per minggu (atau lebih dari 2x dalam sebulan pada malam hari yang menyebabkan terbangun dari tidur), maka kontrol obat diperlukan.

Bantuan Cepat

Agonis β-adrenergik kerja cepat merupakan obat yang paling efektif untuk memulihkan kondisi akibat obstruksi saluran nafas secara cepat dan menghilangkan gejala asma. Albuterol atau salbutamol merupakan β-adrenergik kerja pendek yang selektif pada reseptor β2 merupakan jenis obat yang paling luas penggunaannya, selain levalbuterol dan pirbuterol. Metaproterenol yang dipasarkan dalam bentuk inhalasi terukur, baru-baru ini ditarik dari pasaran.

Semua agonis β kerja pendek, memiliki onset kurang dari 5 menit, dengan efek puncak tercapai pada kurun waktu 30-60 menit dan durasi kerja 4-6 jam. Pada penggunaan bronkodilator rutin (4x atau lebih perhari), potensi obat tidak mengalami penurunan, hanya mungkin akan mengalami pemendekan durasi kerja. Karena pemberian obat ini secara rutin tidak memberikan efek lebih baik, bahkan cenderung merugikan pada orang-orang dengan genotip tertentu maka obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin.

Pada pasien dengan obstruksi saluran nafas sedang hingga berat, dapat diberikan dosis agonis β sangat tinggi (hingga 4000 mg salbutamol dalam inhalasi dosis terukur). Dosis disesuaikan dengan tipe simpatomimetik, dan efek samping. Efek samping yang mungkin dapat berupa tremor, gelisah, jantung berdebar dan takikardia (tanpa hipertensi) adalah efek samping yang umum. Penurunan kadar kalium dan magnesium serum juga dapat terjadi, yang nilainya tergantung pada dosis. Meskipun efeknya akan sedikit menurun, namun penggunaan obat ini tidak dikontraindikasikan pada pasien yang bersamaan menggunakan β-bloker.